This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tampilkan postingan dengan label Tentang Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentang Islam. Tampilkan semua postingan

Selasa, 06 November 2012

Buku Amalan-Amalan Berpahala Seperti Shalat Malam

Pintu-Pintu Pahala Dan Penghapus Dosa: buku ini menjelaskan tentang banyaknya pintu-pintu kebaikan yang bisa dilalui oleh setiap muslim untuk meningkatkan amal kebaikannya dan jalan untuk penebus dosa, yang itu semua telah dijelaskan dalam al-quran dan sunnah yang sahihah.
Karya : Abdurrahman al Jami
Editor : Erwandi Tirmizi - Mohammad Muinuddin Bashri
Penterjemah : Abdullah Haidar
Terbitan : Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah Id Amalan Berpahala Seperti Qiyamullail

Senin, 05 November 2012

Rukun Islam dan Rukun Iman

Rukun Islam ada 5 Perkara

1. "mengucap dua kalimah Syahadat ,

yang berarti "aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."


Yaitu kita mengikrarkan dengan penuh keimanan juga diwujudkan dalam tindakan kehidupan kita bahwa tiada sesembahan yang berhak dan benar selain Allah dan kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah serta kita wajib menaati Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam dalam agama Allah ini.

2. "Dan menegakkan Sholat."

Yaitu menegakkan Sholat terutama sholat 5 waktu, dengan menunaikan rukun-rukun, kewajiban-kewajiban, dan khusu’ di dalamnya serta bersungguh sungguh dalam mempelajari ibadah sholat sehingga dalam pelaksanaanya sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam

3. "Memberikan Zakat."

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib bagi setiap muslim yang termasuk kedalam golongan wajib zalat, selain itu wajib bagi seorang muslim bila ia memiliki 85 gram emas atau uang yang senilai dengannya dalam masa kepemilikan 1 tahun. Besar zakat ini adalah 2,5 %.Adapun zakat selain dalam bentuk uang mempunyai ukuran tertentu (tidak dibahas disini -pent).

4. "Dan haji ke Baitullah."

Menjalankan Haji ini bagi orang yang mampu menunaikannya. Mampu dalam hal ilmu, harta dan fisik, hukumnya menjadi yang mampu.

5. "Berpuasa di bulan Ramadhan."

Puasa di bulan radmadhan adalah termasuk puasa yang wajib, berdosa besar bagi muslim yang tidak melaksanakannya, puasa adalah mencegah diri dari makan minum dan seluruh perkara yang membatalkannya dari fajar sampai tenggelam matahari disertai dengan niat puasa.


Rukun Iman ada 6 Perkara

1. Iman kepada Allah Subhanallohu wa Ta’ala

Kita mengimani Rububiyah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, artinya bahwa Allah adalah Rabb: Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini. Kita juga harus mengimani uluhiyah Allah Subhanahu Wa Ta’ala artinya Allah adalah Ilaah (sembahan) Yang hak, sedang segala sembahan selain-Nya adalah batil. Keimanan kita kepada Allah belumlah lengkap kalau tidak mengimani Asma’ dan Sifat-Nya, artinya bahwa Allah memiliki Nama-nama yang maha Indah serta sifat-sifat yang maha sempurna dan maha luhur.
Dan kita mengimani keesaan Allah Subhanallohu wa Ta’aladalam hal itu semua, artinya bahwa Allah Subhanallohu wa Ta’ala tiada sesuatupun yang menjadi sekutu bagi-Nya dalam rububiyah, uluhiyah, maupun dalam Asma’ dan sifat-Nya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: “(Dia adalah) Tuhan seluruh langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beridat kepada-Nya. Adakah kamu
mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya (yang patut disembah)?”. (QS. Maryam: 65)
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”. (QS. Asy-Syura:11)
2. Iman Kepada Malaikat
Bagaimana kita mengimani para malaikat ? mengimani para malaikat Allah yakni dengan meyakini kebenaran adanya para malaikat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan para malaikat itu, sebagaimana firman-Nya, yang artinya: ”Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, tidak pernah mereka itu mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS. Al-anbiya: 26-27)
Mereka diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka mereka beribadah kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang artinya: ” …Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya mereka tidak bersikap angkuh untuk beribadah kepada-Nyadan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. “ (QS. Al-Anbiya: 19-20).
3. Iman Kepada Kitab Allah
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepada rasul-rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan kebersihan jiwa mereka dari kemuysrikan. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’, yang artinya:
”Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan… “ (QS. Al-Hadid: 25)
Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah :
  • Taurat, yang Allah turunkan kepada nabi Musa alaihi sallam, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Maidah: 44.
  • Zabur, ialah kitab yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Daud alaihi sallam.
  • Injil, diturunkan Allah kepada nabi Isa, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman Allah : ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil yang berisi petunjuk dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS : Al-Maidah : 46)
  • Shuhuf, (lembaran-lembaran) yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Musa, ‘Alaihimas-shalatu Wassalam.
  • Al-Quran, kitab yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala turunkan kepada Nabi Muhammad shalallohu ‘alahi wa sallam, penutup para nabi. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil…” (QS. Al Baqarah: 185).
4. Iman Kepada Rasul-Rasul
Kita mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengutus rasul-rasul kepada umat manusia, Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” (Kami telah mengutus mereka) sebagai rasul-rasul pembawa berita genbira dan pemberi peringatan, supaya tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah (diutusnya) rasul-rasul itu. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AN-Nisa: 165).
Kita mengimani bahwa rasul pertama adalah nabi Nuh dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad shalallohu ‘alahi wa sallam, semoga shalawat dan salam sejahtera untuk mereka semua. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Sesungguhnya Kami telahmewahyukan kepadamu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi yang (datang) sesudahnya…” (QS. An-Nisa: 163).
5. Iman Kepada Hari Kiamat
Kita mengimani kebenaran hari akhirat, yaitu hari kiamat, yang tiada kehidupan lain sesudah hari tersebut.
Untuk itu kita mengimani kebangkitan, yaitu dihidupannya semua mahkluk yang sesudah mati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya:”Dan ditiuuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada dilangit dan siapa yang ada di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka bangkitmenunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68)
Kita mengimani adanya catatan-catatan amal yang diberikan kepada setiap manusia. Ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan ada yang mengambilnya dari belakang punggungnya dengan tangan kiri. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Adapun orang yang diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak celakalah aku dan dia akan masuk neraka yang menyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 13-14).
6. Iman Kepada Qadar Baik dan Buruk
Kita juga mengimani qadar (takdir) , yang baik dan yang buruk; yaitu ketentuan yang telah ditetapkan Allah untuk seluruh mahkluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya dan menurut hikmah kebijakan-Nya.
Iman kepada qadar ada empat tingkatan:
  1. ‘Ilmu
    ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
  2. Kitabah
    ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
  3. Masyi’ah
    ialah mengimani bawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
  4. Khal
    Ialah mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Keempat tingkatan ini meliputi apa yang terjadi dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri dan apa yang terjadi dari mahkluk. Maka segala apa yang dilakukan oleh mahkluk berupa ucapan, perbuatan atau tindakan meninggalkan, adalah diketahui, dicatat dan dikehendaki serta diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Iman

Iman menurut bahasa adalah membenarkan. Adapun menurut istilah syari’at yaitu meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan membuktikannya dalam amal perbuatan yang terdiri dari tujuh puluh tiga hingga tujuh puluh sembilan cabang. Yang tertinggi adalah ucapan لاَ اِلَهَ اِلاَّ لله dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan yang menggangu orang yang sedang berjalan, baik berupa batu, duri, barang bekas, sampah, dan sesuatu yang berbau tak sedap atau semisalnya.
Rasulullah Shallahu’alaihi wa sallam bersabda,
Iman lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, paling utamanya perkataan لاَ اِلَهَ اِلاَّ لله dan yang paling rendahnya menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu merupakan cabang dari keimanan.” i
Secara pokok iman memiliki enam rukun sesuai dengan yang disebutkan dalam hadist Jibril ii tatkala bertanya kepada Nabi Shallahu’alaihi wa sallam tentang iman, lalu beliau menjawab,
الإِيْماَنُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَِئكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ والْيَوْمِ اْلآخِرِوَتُؤْمِنَ بِالْقَدِرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Iman adalah engkau percaya kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan percaya kepada taqdirNya, yang baik dan yang buruk.”iii
Adapun cakupan dan jenisnya, keimanan mencakup seluruh bentuk amal kebaikan yang kurang lebih ada tujuh puluh tiga cabang. Karena itu Allah menggolongkan dan menyebut ibadah shalat dengan sebutan iman dalam firmanNya,
Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu”iv
Para ahli tafsir menyatakan, yang dimaksud ’imanmu’ adalah shalatmu tatkala engkau menghadap ke arah baitul maqdis, karena sebelum turun perintah shalat menghadap ke Baitullah (Ka’bah) para sahabat mengahadap ke Baitul Maqdis.

Kemusyrikan Dalam Islam

Tauhid, syirik/kemusyrikan Tuhid Ilahi merupakan perhatian utama dakwah Rasulullah saw. Sebaliknya syirik atau kemusyrikan adalah hal utama yang diperangi oleh Rasulullah saw. Tauhid dan Syirik (kemusyrikan) adalah dua hal yang tidak dapat bersatu itulah pesan yang harus kita camkan sebagai pengikut Rasulullah saw. Bagaimana kenyataannya sekarang? ada baiknya kita merenungkan tulisan berikut:


Titik pusat agama, tempat segala masalah berputar di sekitarnya, atau akar pohon Islam yang baginya semua akidah dan amal perbuatan lainnya merupakan dahan-dahannya, adalah Iman kepada Allah. Semua akidah adalah untuk mendukungnya, dan semua amal perbuatan adalah untuk menguatkannya. Di antara rukun-rukun keimanan kepada Allah, yang terbesamya  adalah iman kepada Tauhid.  Rasulullah saw semenjak beliau mendakwahkan risalat hingga akhir hayat beliau, terus menerus mengumandangkan ajaran laa ilaaha Illallah yakni, tiada yang layak disembah kecuali Allah. Beliau menanggung segala macam penderitaan, namun beliau tidak henti-hentinya mengemukakan ajaran ini. Sehingga, pada saat beliau meninggal dunia pun, andaikata âda sesuatu yang dipikirkan oleh beliau, sesuatu itu tak lain melainkan kekhawatiran menghilangnya dari dunia ini ajaran yang telah ditegakkan oleh beliau dengan memberikan banyak pengorbanan.

Hati seorang muslim akan meleleh dan jantungnya akan remuk redam apabila ia membaca di dalam buku-buku hadis dan sejarah, betapa keadaan Rasulullah saw. tatkala beliau menanggung derita sakit yang mengantar beliau ke gerbang maut, yang karena kehebatan penderitaan itu jisim beliau mengeluarkan air keringat dan penyakit beliau kian  mempengaruhi  saraf-saraf beliau yang sehalus-halusnya, dan kegelisahan serta keresahan beliau kian memuncak ketika beliau memikirkan dengan rasa khawatir bahwa jangan-jangan orang-orang sepeninggal beliau akan melalaikan ajaran ini dan orang-orang akan dihinggapi lagi kemusyrikan. Dan, pada saat ketika beliau berada dalam keadaan menderita pun, beliau melupakan diri pribadi beliau sendiri dan dari kekhawatiran memikirkan nasib umat, beliau membolak-balikkan badan beliau dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan seraya berucap,
"Allah melaknat umat Yahudi dan umat Krtsten, karena mereka telah menjadikan kuburan nabi-nabi mereka mesjid-mesjid. " (Bukhari, Bab Mardhun-Nabi)
yang dengan itu dimaksudkan oleh beliau sebagai peringatan untuk berwaspada agar sepeninggal beliau jangan sampai orang-orang mukmin menyembah beliau juga, karena perbuatan itu bertentangan dengan ajaran yang senantiasa diajarkan beliau sepanjang hidup beliau, dan jangan melupakan ajaran Tauhid llahi.

Kegelisahan beliau waktu sakit menjelang wafat dan kecintaan beliau terhadap Tauhid llahi merupakan suatu peristiwa yang amat mengharukan,  sehingga setiap orang yang mencintai beliau, karena terbawa oleh pengaruh peristiwa yang memilukan itu, tidak akan sekali-kali menghampiri kemusyrikan.

Namun demikian, kita menyaksikan bahwa di antara orang orang yang menyebut diri mereka orang-orang Islam, kebanyakan dari mereka dengan terang-terangan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam ini. Siapakah di antara orang-orang Islam yang hidup seribu tiga ratus tahun yang lalu menyangka bahwa pada suatu ketika kelak orang-orang yang memikul panji laa ilaaha illallah akan bersujud kepada kuburan-kuburan? Siapakah menyangka bahwa mereka akan bersembahyang dengan menghadapkan muka ke arah tempat-tempat orang-orang suci mereka dan mereka mempercayai manusia-manusia yang mengetahui gaib? Siapakah menyangka bahwa mereka akan menganggap para wali memiliki kekuasaan Allah dan memohon kepada orang-orang mati supaya maksud-maksud mereka terkabul? Siapakah menyangka bahwa mereka akan mempersembahkan sesajen-sesajen di atas kuburan-kuburan? Adapun tentang orang-orang keramat, mereka berkeyakinan bahwa apa pun yang diinginkan orang orang keramat itu akan dikabulkan oleh Allah Taala dan menyangka bahwa wujud mereka itu hadir di mana-mana. Mereka memberikan korbanan yang dialamatkan kepada orang-orang lain selain Allah. Kemudian, paling celaka lagi, mereka mengatakan bahwa semua ajaran itu merupakan ajaran  Alquran  Suci dan ajaran junjungan kita Rasulullah saw. Akan tetapi, dari timur sampai barat dan dari utara sampai selatan, di tempat-tempat orang-orang Islam tinggal, semua hal yang disebutkan di atas tengah dilakukan; dan sebagian besar orang-orang Islam melakukan paling tidak satu di antara hal-hal tersebut di atas.

Melihat kesedihan dan kepiluan hati Rasulullah saw., Allah Taala telah menyelamatkan makam keramat beliau dari bid'ah-bid'ah itu. Akan tetapi di makam-makam para wali Islam lainnya dewasa ini, upacara-upacara berbau kemusyrikan berlangsung tak kurang ramainya daripada di kuil-kuil orang-orang Hindu. Andaikata Rasulullah saw. datang pada masa ini dan menyaksikan apa yang sedang berlangsung, niscaya beliau tidak akan menyangka bahwa orang-orang ini umat Islam, bahkan beliau akan menyangka mereka itu pengikut-pengikut suatu agama musyrik lain.

Mungkin ada orang yang mengatakan bahwa semua khayalan itu digandrungi oleh orang-orang bodoh dan para ulama memandang jijik semua khayalan itu. Akan tetapi, sesungguhnya keadaan suatu bangsa dinilai dari bagian terbesar bilangan perorangan bangsa itu. Apabila kebanyakan orang-orang Islam adalah penganut khayalan-khayalan itu, maka kita harus mengambil ketetapan bahwa keadaan orang-orang Islam, ditilik dari segi ketauhidan, telah jatuh. Mereka telah melupakan sendi kalimah  laa ilaaha illallah, jiwa Islam.

Akan tetapi ini pun tidak benar kalau dikatakan bahwa orang-orang awam saja yang mempercayai akidah-akidah itu. Mereka yang dikeramatkan oleh orang-orang kebanyakan dan para kyai pun menyetujui  khayalan-khayalan  orang-orang  kebanyakan  itu.  Dan apabila sebagian dari antara mereka tidak menyetujui dengan sepenuh hati,  maka paling  kurang keadaan mereka pun demikian rusaknya, sehingga mereka tidak dapat secara terbuka melawan khayalan-khayalan orang-orang kebanyakan. Hal demikian itu pun merupakan suatu gejala bahwa keimanan telah rusak.

Sebagian dari aliran-aliran Islam menyatakan bahwa mereka sama sekali jauh dari kemusyrikan dan mereka marah terhadap orang-orang lain yang karena praktek-praktek kemusyrikan mereka itu — telah merugikan Islam. Akan tetapi ajaibnya ialah mereka sendiri pun menjadi mangsa musibah kemusyrikan. Yang memperbedakan dari orang lain hanya kenyataan bahwa mereka ini tidak menyekutukan tiap orang dengan Allah hanya saja menganggap orang-orang Islam selebihnya, meyakini bahwa Nabi Isa as. masih hidup di langit. Mereka ini berpendapat bahwa junjungan kita Rasulullah saw., Nabi yang termulia dari antara sekalian nabi, terkubur di dalam tanah, sedangkan Nabi Isa a.s. (Almasih) masih hidup di langit semenjak dua ribu tahun yang lalu —naudzubîllah min dzalik Allah tidak mendatangkan maut kepada beliau. Mereka membaca dengan jelas di dalam Alquran bahwa orang orang suci  yang diseru oleh manusia, selain Allah  semuanya telah mati, tidak hidup; dan mereka tidak mengetahui kapan beliau-beliau akan dibangkitkan. Allah Taala berfirman,

أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ ۖ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ


"Mereka itu mati, tak hidup. Dan mereka tidak mengetahui kapan akan dibangkitkan." (16:21)

Kemudian mereka menyaksikan, orang-orang Kristen telah menjadikan Nabi Isa a.s. sebagai obyek sembahan selain Allah. Kendati demikian mereka tidak melepaskan kepercayaan tentang hidupnya Almasih as., lagi tidak malu-malu mengatakan akan hal diri mereka sendiri sebagai orang-orang bertauhid. Demikian pula, benar orang-orang ini dengan lantang menentang kemusyrikan, namun daripada itu mereka meyakini bahwa NAbi Isa Almasih as. pernah menghidupkan orang-orang mati. Padahal, Allah Taala berfirman bahwa Dia pun tidak menghidupkan kernbali orang mati di dunia ini, sebagaimana Dia berfirman,

وَحَرَامٌ عَلَىٰ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ

 "Dan sungguh tidak mungkin atas penduduk suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwasannya mereka tidak akan kembali." (21 : 95).

Yakni, Dia telah memutuskan bahwa orang-orang yang telah meninggal dunia tidak akan kembali lagi ke dunia

Demikian pula Dia berfirman,

وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

"Dan di belakang mereka ada dinding penghalang hingga hari tatkala mereka akan dibangkitkan lagi " (Al-mu'minuun [23] : 100).

Di dalam hadits Rasulullah saw kita dapati bahwa tatkala ayah Jabir ra., yakni Abdullah ra sudah syahid, Allah Taala berfirman kepada Abdullah bahwa beliau boleh meminta apa yang beliau menghendaki. Atas firman itu beliau mengatakan bahwa beliau hanya ingin dihidupkan kernbali untuk turut bersama-sama Rasulullah saw. berjihad dan sekali lagi mati syahid pada jalan Allah lalu dihidupkan kernbali dan sekali lagi mati syahid. Atas ujar itu Allah Taala berfirman bahwa, seandainya Dia tidak bersumpah atas nama Zat-Nya, niscaya Dia akan menghidupkan kembali beliau. Jadi, karena Dia telah berjanji bahwa Dia tidak akan berbuat serupa itu, maka Dia tidak akan melakukannya (Tirmidhi, Kitabut Tafsir, Surah Ali lmran, lbnu Majah, dan Misykat).

Tidak terpikir oleh orang-orang itu, betapa sesuatu yang tidak dilakukan oleh Allah Taala sendiri di dunia ini dan sesuatu yang merupakan salah satu di antara Sifat-sifat khas-Nya, pernah dikerjakan oleh nabi Isa as, mereka telah terkelabui oleh perkataan di dalam Alquran yang berbunyi “uhyil mautaa”-"Aku (Nabi Isa as.) menghidupkan orang yang telah mati" (3 : 50). Akan tetapi tatkala perkataan yang sama dipergunakan bagi Rasulullah saw. dalam Alquran yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, terimalah seruan Allah dan Rasul- Nya apabila ia memanggil kamu kepada apa yang menghidupkan karnu. " (Al-'Anfal [8] : 24),

maka perkataan itu, yakni perkataan menghidupkan, diartikan oleh mereka itu berkaitan dengan kehidupan rohani. Kalau kata ahya berarti juga memberi kehidupan rohani, dan jika tiada wujud dapat menghidupkan orang mati selain Allah Taala, dan bila Allah Taala pun tidak menghidupkan kembali di dunia ini orang orang yang sudah mati, maka mengapa pula mereka tidak mengartikan kata ahya sesuai dengan Kalam llahi, sehingga tidak menimbulkan syirik?

Demikian pula orang-orang yang mengaku bertauhid ini meyakini bahwa Nabi Isa a.s. dahulu pernah menciptakan burung-burung. Padahal mereka membaca di dalam Alquran  bahwa selain Allah tiada seorangpun dapat menciptakan sesuatu pun. Allah Taala berfirman,

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ

Dan orang-orang yang menyeru selain Allah swt., mereka itu tidak menjadikan sesuatu pun, bahkan mereka sendiri yang telah diciptakan. (An-Nahl [16] : 20)


Kemudian Dia berfirman:

ۗ أَمْ جَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ خَلَقُوا كَخَلْقِهِ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْ ۚ قُلِ اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ

 ''Atau, apakah mereka itu menjadikan bagi Allah sekutu yang telah menciptakan seperti ciptoanNya, sehingga kedua jenis ciptaan itu nampak serupa soja bagi mereka? Katakanïah, 'Hanya Allahlah Yang telah menciptakan segala sesuatu dan Dialah Yang Maha esa, Mahaperkasa. (Ar-Ra'd [13]:16).

Demikian pula Allah berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ لَن يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَ

Sesungguhnya, mereka yang karnu sembah selain Allah tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka itu bergabung untük maksud itu. (Al-Haj [22]:74),

sedangkan Nabi isa as. sendiri termasuk di antara mereka yang diseru selain Allah. Pendek kata, kendatipun ada di dalam  Alquran  tercantum dengan jelas bahwa tiada seorang pun dapat mencipta sesuatu, selain Allah, dan kalau pun ada seseorang yang berbuat serupa itu toh Dia lah satu-satunya Wujud sembahan, mereka mengartikan ayat —

أَنِّي أَخْلُقُ لَكُم مِّنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ ال

 "Aku (Nabi Isa as.) akan membuat untuk kemanfaatanmu dari pribadi-pribadi yang mengandung sifat seperti tanah, sesuatu makhluk dengan cara yang serupa burung mengeram. "Peny. (Ali- Imran [3] : 50),

bertentangan dengan ajaran  Alquran   yang muhkam (tegas). Lagi mereka tidak berpikir bahwa sebuah perkataan dapat dipergunakan dalam berbagai makna. Jadi, hendaknya mengartikan perkataan itu sesuai dengan bunyi ayat-ayat   Alquran   Suci lainnya dan selaras dengan kemuliaan seorang hamba Allah. Hendaknya jangan bertentangan dengan hal-hal yang muhkam (tegas) dan menyalahi kemuliaan Allah Taala. Pula hendaknya, sementara menyatakan diri bertauhid, jangan terjerumus ke dalam lembah kemusyrikan.

Kepercayaan-kepercayaan berbahaya itulah yang terdapat dewasa ini di kalangan orang-orang Islam — baik dari kaum alim ulama maupun dari orang-orang bodoh, baik dari mereka yang taklid maupun dari mereka yang tidak takiid, baik dari golongan Ahli Sunah maupun dari golongan Syiah. Dan, karena kehadiran kepercayaan-kepercayaan itu, tiada seorang pun dapat mengatakan bahwa orang-orang Islam berpijak pada asas laa ilaaha illallah Tidak syak lagi bahwa dewasa ini pun kalimah  laa ilaaha illallah  diucapkan oieh orang-orang Islam. Akan tetapi, dikarenakan oleh kepercayaan-kepercayaan tersebut di atas, mereka telah begitu menjauhnya dari mafhumnya tak ubah halnya seperti bangsa-bangsa musyrik lainnya.

Ajaran yang diberikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad berkenaan dengan segala kegelapan itu merupakan ajaran yang demikian saratnya dengan ketauhidan dan padat dengan upaya menegakkan kegagahan Allah taala sehingga hati manusia - dengan menerimanya - akan dipenuhi dengan kecintaan kepada kepada Allah taala, dan manusia akan benar-benar terpelihara dari api kemusyrikan. la akan mencapai derajat ketauhidan itu seperti dahulu pernah dicapai oleh para sahabat di zaman Rasulullah saw. Beliau berupaya membuktikan kesalahan semua kepercayaan tersebut di atas berlandaskan pada dalil-dalil dan menerangkan bahwa Allah itu Esa adanya. Semua perbuatan itu—seperti memohon kepada seseorang yang sudah mati dan bukan kepada Allah agar segala keinginannya terkabul, atau mempersembahkan sesajen di atas kuburan, atau bersujud kepada seseorang yang masih hidup atau yang sudah mati, atau menganggap seseorang memiliki kekuasaan seperti Tuhan, atau menganggap nabi ataupun bukan nabi mengetahui gaib, atau menyembelih hewan atau memberikan sesuatu sebagai sedekah dengan mengalamatkannya kepada seseorang selain Tuhan guna memperoleh keridhaannya, atau meyakini seseorang bahwa apa pun yang diinginkannya Allah selalu memperkenankan-semua itu adalah perbuatan syirik. Hendaknya orang mukmin menjauhi hal itu.

Demikian pula beliau membuktikan bahwa Nabi Isa Almasih as. telah wafat, seperti para nabi lainnya, dan telah dikebumikan. Beliau pernah menghidupkan orang-orang yang mati rohani. Seperti halnya manusia lainnya dapat mencipta sesuatu, demikian pula beliau dahulu mencipta. Beliau tidak memiliki kemampuan memberi nyawa kepada sesuatu yang tak bernyawa atau menghidupkan orang mati, baik tanpa maupun dengan seizin Allah. Sebab, tidak lazim pada Allah Taala melimpahkan Sifat-sifat  khususNya  kepada seorang hamba pun.  KalamNya jelas-jelas membantah adanya Sifat-sifat semacam itu pada wujud Nabi Isa as atau pun pada seseorang yang lain. Selama orang-orang menganut kemusyrikan, selama itu mereka akan membuat-buat ide bahwa Allah Taala telah melimpahkan kekuatan-kekuatanNya kepada si Fulan. Seorang pun tidak adà yang mengatakan bahwa apa yang dijadikan sembahannya itu telah bebas dari kekuasaan Allah Taala dan ia berkuasa sendiri di muka bumi. Beliau menghalau kegelapan syirik dengan suatu ajaran yang sesuai atau mengembalikannya kembali Alquran dan sesuai dengan akal. Beliaupun menunjukkan pula kepada orang-orang Islam jalan lurus yang telah semenjak lama ditinggalkan oleh mereka. Dengan demikian beliau telah melaksanakan tugas yang telah ditetapkan untuk diemban oleh Almasih yang akan datang kedua kalinya.

 (Da'watul Amir” karangan Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj, Sayyid Syah Muhamamd al-Jaelani dan R. Ahmad Anwar, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (Bandung: Guna Bakti Grafika, 1989), cet ke-1, hal. 175-183)

Dua Macam Rezeki

Sebenarnya rezeki itu ada dua macam. Yang pertama sebagai ibtilaa (cobaan) dan yang kedua sebagai ishthifa (pilihan).

Rezeki yang sebagai cobaan adalah rezeki yang tidak ada hubungan apapun dengan Allah. Bahkan rezeki yang satu ini membuat manusia semakin jauh dari Allah, sampai akhirnya dia binasa. Ke arah inilah Allah ta'ala telah mengisyaratkan:

"laa tulhikum amwaalukum"
harta kalian jangan sampai membiasakan kalian. (Al-Munaafiqun: 10)

Rezeki yang sebagai ishthifa adalah rezeki yang diperuntukkan bagi Allah. Allah akan jadi pelindung bagi orang-orang seperti itu. Dan segala sesuatu yang ada pada mereka, mereka anggap sebagai milik Allah semata. Dan hal itu mereka buktikan dari amal perbuatan mereka.

Lihatlah kondisi para sahabat Rasulullah saw ketika masa cobaan tiba, maka segala sesuatu yang ada pada seseorang diantara mereka, semuanya diserahkan di jalan Allan ta'ala. Abu bakar ra adalah yang paling pertama datang , dengan mengenakan kain menyerahkan semua milik beliau. Dan Allah ta'ala telah membalas ganjaran bagi kain tersebut, yakni beliaulah yang pertama telah menjadi khalifah.

Ringkasnya untuk dipenuhi oleh keindahan sejati, kebaikan dan kelezatan rohani, harta yang dapat berguna adalah harta yang dibelanjakan di jalan Allah.

Makna Shalat Berjamaah

Di dalam hadits dikatakan bahwa pahala shalat berjamaah adalah 27 kali dibandingkan dengan shalat sendiri. banyak orang Islam berhitung secara kuantitatif seolah-olah dengan melakukan shalat berjamaah maka ia akan menabung pahala sebanyak 27 kali. Demikian juga ketika di dalam hadis dikatakan bahwa shalat di Masjidil Haram akan dilipatgandakan pahalanya sebanyak seratus ribu kali lipat. Luar biasa.


Saya pribadi memahami masalah ini dari sisi kepemimpinan dan persatuan Islam. Shalat berjamaah berarti berkelompok dengan panduan seorang imam. Apa yang dilakukan imam akan diikuti oleh makmumnya, kecuali imam salah. Semua makmum harus berbaris dengan shaf yang teratur dan lurus. Semua mengikuti arah Imam, betapa kuatnya organisasi ini. Siapa yang dapat mematahkan shaf yang kokoh? Sayang makna dari keuntungan shalat berjamaah luput dimengerti oleh umat islam! Salah satu kunci keberhasilan dakwah di zaman Rasulullah saw adalah persatuan. Salah satu cara menumbuhkan persatuan tersebut adalah dengan shalat berjamaah. Kecintaan mereka, disiplin dan keikhlasan mereka dalam menunaikan shalat berjamaah telah menumbuhkan semangat persatuan dan keberanian yang tinggi diantara mereka. di sisi lain hubungan silaturahmi yang penuh kasih sayang semangat erat terjalin diantara mereka. Sehingga gambaran umat Islam yang bagaikan dua jari dieratkan benar-benar nampak di zaman itu. Dalam hal disiplin dan kecintaan mereka dalam shalat berjamaah kita dapati di dalam salah satu riwayat bahwa seorang sahabat yang sudah uzur dan tuna netra setiap hari beliau shalat berjamaah ke masjid walaupun jaraknya tidak bisa dibilang dekat, diceritakan bahwa sahabat tersebut meminta keringanan Rasulullah saw untuk beliau khusus untuk shalat subuh shalat di rumah saja. Rasulullah saw mengizinkan, tetapi baru beberapa langkah Rasulullah saw meralat bahwa sahabat tersebut tetap menunaikan shalat berjamaah di Masjid. Betapa tingginya semangat dan disiplin yang terbentuk waktu itu. Bisa kita bayangkan seandainya di Masjid Istiqlal, setiap umat Islam yang berada di dalam radius beberapa kilometer dari Masjid - menunaikan ibadah shalat berjamaah di Masjid lima kali sehari - majid tersebut mungkin tidak akan mampu menampung, dan kitapun bisa membayangkan dampak persatuan, kecintaan dan kebaikan akan lebih terbentuk di dalam MAsyarakat. Dan lebih luas lagi musuh-musuh Islam yang melihat tentu akan gentar melihat persatuan Islam yang terbentuk dari hal yang paling mendasar sekali. Contoh dalam hal ini adalah di Perancis, Islam yang dari sisi prosentase sebenarnya masih jauh dibandingkan dengan masyarakat asli yang beragama non Muslim, tetapi Islam yang sedikit tersebut sudah menjadikannya sebagai 'ancaman' bagi eksistensi umat Kristiani disana. Betapa tidak kita menyaksikan bahwa setiap ibada shalat toko-toko disana sampai tutup karena orang-orang Islam yang harus shalat di jalan-jalan dan trotoar, karena tidak tercukupinya Masjid untuk menampung umat Islam yang semakin bertambah. Ketakutan itu seharusnya memang tidak perlu dirisaukan, karena semakin shaleh dan taatnya seseorang pada agama dan bentuk-bentuk peribadatan, tentu hal itu akan membawa seseorang akan semakin saleh secara sosial, karena itu adalah tuntutan pasti dari Islam. Sehingga dampak tersebut akan terasa di kalangan masyarakat Perancis sendiri. Tetapi walau bagaimanapun kita pun mengerti ketakutan mereka jika kita membandingkannya dengan tindakan-tindakan terorisme yang dilakukan oleh 'oknum-oknum' muslim. Jadi Shalat berjamaah adlah hal yang harus selalu kita perhatikan, tidak sekedar kita menganggap untuk kepentingan pribadi kita, tidak sekedar untuk memenuhi masjid tetapi lebih dari itu adalah kita harus menumbuhkan persatuan Islam, persatuan dalam bermasyarakat dan persatuan dalam beragama.

Dosa dan Kemurkaan

Apa yang dimaksud dengan dosa? Dosa adalah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak dan keridhaan Allah, dan melanggar petunjuk-petunjuk yang telah dia berikan melalui para rasul-Nya, khususnya Rasulullah saw, serta dengan berani melawan petunjuk-petunjuk tersebut, itulah dosa.

Apabila kepada seorang hamba manusia diberikan pengetahuan dan diajarkan tentang petunjuk-petunjuk Allah taala kemudian dia melanggar petunjuk-petunjuk itu secara durhaka dan jahat dia melakukan dosa, maka Allah taala akan marah sekali. Dan akibat dari kemarahan itu tidak hanya setelah mati saja dia peroleh, justru di dunia ini juga dia akan mengalami berbagai macam azab serta kehinaan.

Begitu jugalah keadaan para pemerintah duniawi. Yakni permerintah memberlakukan suatu hukum, kemudian jika ada yang melanggar hukum tersebut dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan itu maka orang tersebut akan ditangkap dan dijatuhi hukuman. Sering kita lihat bahwa ada juga orang yang bisa selamat terhindar dari jeratan hokum duniawi terrsebut atau terluput dengan melarikan diri sejauh-jaauhnya. Dia bisa saja melarikan diri keluar daerah luar teritori.

Namun kemana manusia dapat melarikan diri setelah melakukan hal-hal yang menentang hukum-hukum serta petunjuk Allah taala? Sebab bumi dan langit yang tampak ini adalah milik-Nya. Tidak ada bagian bumi dan langit ini yang dimiliki oleh pihak lain, yang kiranya dapat menjadi tempat pelarian bagi kita.

Hal ini sangat penting dan selalu kita camkan, supaya manusa senantiasa takut kepada Allah taala. Jangan kita berani melanggar petunjuk-petunjuknya dan melakukakn dosa-dos. Sebab dosa adalah sesuatu yang sangat buruk. Dan tatkala manusia tidak lagi takut terhadap Allah taala dan dia menjadi berani melakukan dosa, maka kebiasaan Allah ini akan berlaku atas dirinya. Yakni kemurkaan Allah akan melindas orang yang berani melanggar itu, di dunia ini juga dan di akhirat.

Jumat, 02 November 2012

Keajaiban Shalat Tahajud

“Hai orang yang berselimut bangunlah (untuk bertahajud) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), yaitu seperduanya atau kurangilah sedikit, atau lebih sedikit dari seperdua itu…”(QS.Al Muzammil:1-4).
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan tuhanmu mengangkat kamu ketempat yang terpuji”(QS.Al Isra’:79).
Dengarlah panggilan tuhanmu untuk bahagia, dan bertahajut kapanpun, saat waktu luang ataupun waktu sempit namun tidak meninggalkan hal-hal wajib atau memaksa keadaan diri, misalnya ada tugas dan pekerjaan yang belum selesai, sedang sakit dan mengantuk karena tidur larut malam pulang bekerja. Jangan bertahajud karena cemas dan hanya untuk mendapatkan keberuntungan.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(QS. Al Hujurat:13).
Hikmah bertahajud :
1.      Hati kita terpanggil untuk tugas suci, bahwa bekerja adalah juga panggilan tugas suci tuhan jadi walau telah mendapatkan kekayaan kita harus terus bekerja sebaik-baiknya dan bersungguh-sungguh.
2.      Mengasah hati menjadi lebih peka terhadap sekitar kita, tidak selalu mengutamakan keuntungan tapi juga keselamatan  dan kesejahteraan orang lain.
3.      Menjadi pribadi yang selalu bersyukur dan terjauh dari penyakit hati, iri dengki dan sombong.
4.      Menjadi seseorang yang selalu koreksi diri dengan termenung dan berdoa dikeheningan malam di saat yang lainnya tertidur.
5.      Menjadi seorang yang berserah diri kepada kehendak Allah setelah siang tadi bekerja dan berusaha.
6.      Mengambil hikmah dari cobaan dan kesulitan yang datang, karena percaya Allah menunda pemberian yang besar dan lebih indah dengan memberikan kesiapan jiwa kita yang membutuhkan waktu pembelajaran.


Panduan agar tahajud berjalan dengan baik :
1.      Tidurlah lebih awal dan rencanakan waktu dengan sebaik-baiknya agar dapat bangun tengah malam dalam keadaan segar dan sadar sepenuhnya, sehingga jalannya shalat tahajud dengan kusyuk.
2.      Berniat sungguh-sungguh dalam hati saat akan tidur malam, nanti tengah malam hendak bangun melaksanakan shalat tahajud.
3.      Telah menyelesaikan shalat wajib terutama shalat Isya’, telah menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga, tugas-tugas kantor.
4.      Menjaga fisik, agar tidak lemah atau sakit.
Jumlah shalat tahajud selalu ganjil karena di tutup dengan witir.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...